Langsung ke konten utama

Tiga Macam Sholat Orang Jawa


fahrudin faiz

TIGA MACAM SEMBAHYANGNYA ATAU SHALAT ORANG JAWA
Oleh Fahruddin Faiz

SHALAT SYARI’AT (SEMBAH RAGA)

   Bukti ketundukan kepada Allah
   Dilakukan berdasarkan gerak ragawi
   Syarat: kesucian ragawi dengan sarana air
   Manifestasi: Penghambaan, Ketundukan, kepatuhan, kebersamaan, harmoni diri dan sesama

SHALAT TAREK/TAREKAT (SEMBAH CIPTA)

   Cara bersucinya memerangi hawa nafsu
   Manifestasinya: penghayatan makna shalat yang dikerjakan, bukan keabsolutan tata-cara pelaksanaannya. Diawali dari shalat syari’at, dipahami artinya, dihayati maknanya lalu diwujudkan dalam kehidupan wahari-hari. Misalnya: sudahkah kandungan Al-Fatihah kita jalankan dalam kehidupan kita? Sudahkah hidup, shalat dan ibadah kita hanya demi Allah semata? Dan lain sebagainya.
   Hasilnya: Tahna ‘an al-Fakhsya’ wal Munkar

SHALAT HAKEKAT/DA’IM (SEMBAH RASA)

   Cara bersucinya dengan zuhud, melepaskan diri dari keinginan raga dan jiwa.
   Manifestasinya: kekhusyukan yang sejati dan terus menerus (da’im).
   Khussyuk dalam Bahasa Jawa: lerem, yaitu steril dari berbagai keinginan dan aktivitas duniawi serta kesibukan pikiran akan keduniaan.
   Daim: Orang yang memasuki Shalat ini tidak pernah putus kesadarannya akan Allah serta terus-menerus menjauhkan diri dari semua perbuatan yang menjauhkan dari Allah.
   Hasilnya: ketenangan, keteguhan dan lenyapnya segala rasa was-was atau khawatir dalam kehidupan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Download File Ngaji Filsafat Dr. Fahruddin Faiz

Ngaji Filsafat Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag Channel YouTube:  Media Koenjti https://www.youtube.com/c/miftahkoentji Caranya: 1. tekan tombol Ctrl dan klik setiap judul yang ada di bawah ini 2. selanjutnya akan mengarah ke browser pada /pc anda 3. klik download untuk mendapatkan file WinRar 4. jika ada password-nya ialah: “ mediakoentji ” Pengantar Filsafat Pengenalan Epistemologi Epistemologi Teori Kebenaran Skeptisisme Common Sense Epistemologi Sosial Logika Logika II Logika III Hermeneutika Hermeneutika II Ontologi Materialisme Materialisme Historis Idealisme Dualisme Idealisme II Pluralisme Etika Sistem-sistem Etika Egoisme-Altruisme Etika Nikomanea Aristoteles Religious Ethic Ghazali Etika Situasi Dasar-dasar Estetika Teori-teori Estetika Estetika dan Agama Romantisisme Romantisisme II Eksistensialisme Søren Kierkegaard Eksistensialisme Friedrich Nietzsche Eksistensialisme Jean Paul Sartre (No Record) Eksistensi...

Logika 2: Kesalahan-Kesalahan Logika (Logical Fallacy)

Logika 2: Kesalahan-Kesalahan Logika (Logical Fallacy) Oleh: Fahruddin Faiz Sering kali kita terpukau oleh opini seseorang yang mengungkapkan pendapatnya dengan semangat. Dengan mengutip tokoh-tokoh besar seperti ilmuan, publik figur dan seterusnya. Tapi apakah omongannya selalu benar secara logika? Cek slide di bawah ini tentang kesalahan-kesalahan logika dalam setiap mode berpikir. Ada dua jenis pelaku atau golongan dalam sejarah Yunani kuno yang sengaja atau tidak sengaja melakukan kesalahan berlogika. Pertama adalah golongan sofis yaitu golongan yang secara sengaja melakukan kesalahan dalam berfikir, dengan tujuan untuk mengubah opini demi mencapai tujuan tertentu di luar kebenaran. kedua, Golongan Paralogi yaitu golongan yang melakukan kesalahan berpikir namun tidak menyadari kekeliruan dan akibat dari pemikirannya karena selalu menganggap dirinya benar. Berikut adalah contoh-contoh pernyataan yang salah dalam mengambil kesimpulan; Mengingkari anta...

Filsafat Islam: Al-Farabi sebagai Guru Kedua

Oleh Dr. Fahruddin Faiz Al-Farabi nama aslinya adalah Abu Nasir Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah al-Farabi. Dikenal juga sebagai Alpharabius, Al-Farabi atau Farabi atau Abenasir. Al-Farabi adalah Ilmuan, cendekiawan Muslim dan juga Filosof Islam dari Farab, Kazakhstan. Al-Farabi hidup pada tahun 870 sampai 950, usianya genap 80 tahun. Al-Farabi juga dikenal sebagai guru kedua setelah Aristoteles, karena kepandaiannya dalam memahami karya-karya filsafat Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat. Al-Farabi hidup pada masa kekhalifahan Dinasti Abbasyiah yang monarki. Al-Farabi lahir di masa kekhalifahan Mu’tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa kekhalifahan Al-Muthi (946-974 M). Kondisi politik saat itu tidak stabil hal inilah juga disebut periode paling kacau, namun tidak mematahkan Al-Farabi untuk melanjutkan pengembaraan dalam pencarian ilmunya. Dari Turki ke Bagdad, kemudian ke Syria, kemudian berakhir di Damaskus. Kepakaran Al...