Langsung ke konten utama

Memahami Filsafat Cinta




Memahami Filsafat Cinta oleh Erich Fromm
Oleh Dr. Fahruddin Faiz

Hidup di dunia ini penuh dengan kebaikan juga kejahatan tak kalah maraknya. Problem utamanya adalah cinta. Boleh saja Karl Marx mengatakan bahwa problem utama di dunia ini adalah materi dan penyebabnya adalah Tuhan. Boleh juga Sigmun Freud mengatakan bahwa problem utama di dunia ini adalah seks dan tempat pelariannya adalah agama. Boleh juga Nietzsche menuduh Tuhan sebagai problem utama di dunia ini sehingga Tuhan sepantasnya dibunuh atau mati.

Bagi Erich Fromm bahwa masalahnya adalah cinta. Bagaimana cinta itu berjalan. Lihat saja seni, memerlukan pengetahuan dan latihan, sedangkan perasaan suka tidak bisa dikontrol ia bersifat keberuntungan dan pengalaman seperti jatuh cinta. Banyak orang melihat masalah cinta sebagai problem ‘dicintai’ dan bukannya problem ‘mencintai’. Banyak juga orang melihat masalah cinta sebagai masalah objek, bukan masalah bakat atau perilaku. Orang berpikir bahwa mencintai itu sederhana, yang sulit adalah mencari objek yang tepat untuk dincintai.

Ada 4 indikasi orientasi Cinta Manusia Modern.

ORIENTASI RESEPTIF: Sumber kebahagiaan dan pemenuhan keinginannya ada di luar diri. Fokus pada apa/siapa yang dicintai. ‘Mencintai’ orang yang memberi cinta atau apa saja yang tampak seperti cinta.

ORIENTASI EKSPLOITATIF: Bentuk ekstrem dari orientasi reseptif, ada unsur pemaksaan/manipulasi agar yang dicintai memuaskan keinginannya. Mereka mencintai pada apa yang bisa ‘dimanfaatkannya’ untuk kepentingannya. Saat obyek yang dicintainya tidak bisa lagi dieksploitasi, mereka akan ‘bosan’.

ORIENTASI MENIMBUN: Fokus pada kepemilikan. Orang yang merasa aman dan nyaman dalam memiliki sesuatu, menjaganya, ‘menyimpannya’, dan merasa bersalah saat ‘memanfaatkan’ atau apalagi membuang apa yang dianggap miliknya. Cinta bagi tipe ini adalah semacam kepemilikan, juga kenangan, masa lalu, dan lain sebagainya. Tipe ini cenderung dingin dan tidak produktif.

ORIENTASI PASAR: Fokus bagaimana menjual dirinya di ‘pasar’, bagaimana ia ‘membungkus’ dirinya, bagaimana membuat orang lain tertarik kepadanya. Cinta di mata orang semacam ini adalah komoditas; keuntungan apa yang bisa diperoleh dari cinta, yang relevan dengan modal (bungkus dan penampilan) yang sudah dikeluarkan.

Ada 4 Unsur Dasar Cinta

Care (perhatian), yaitu menaruh perhatian yang serius dan mendalam terhadap kehidupan, perkembangan, maju dan mundurnya, baik dan rusaknya, obyek yang dicintainya.
Responsibility (tanggung-jawab), yaitu bertanggung jawab atas kemajuan, kebahagiaan dan kesejahteraan obyek yang dicintainya. Tanggung jawab disini bukan berarti melakukan ‘dominasi’ atau ‘menguasai’ obyek yang dicintai untuk di-‘dikte’ sekeheandaknya, tetapi lebih berarti turut terlibat dalam kehidupan obyek yang dicintainya dalam rangka kemajuan dan kesejahteraannya.
Respect (hormat), maksudnya menghargai obyek yang dicintai seperti apa adanya, menerima apa adanya, dan tidak bersikap sekehendak hati terhadap obyek yang dicintainya.
Knowledge (pengetahuan), yaitu memahami seluk-beluk obyek yang dicintainya. Apabila obyek yang dicintainya itu manusia, maka harus dipahami kepribadiannya, latar belakang yang membentuknya maupun kecenderungannya. Juga harus dipahami bahwa kepribadian seseorang itu terus berkembang.

“Hanya butuh waktu sesaat untuk mengungkapkan cinta pada seseorang, namun membutuhkan waktu sepanjang hayat untuk membuktikan cintamu padanya” - Erich Fromm

disari oleh: Bang Koentji

Lebih lanjut memahami Filsafat cinta, lihat video di bawah ini



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Download File Ngaji Filsafat Dr. Fahruddin Faiz

Ngaji Filsafat Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag Channel YouTube:  Media Koenjti https://www.youtube.com/c/miftahkoentji Caranya: 1. tekan tombol Ctrl dan klik setiap judul yang ada di bawah ini 2. selanjutnya akan mengarah ke browser pada /pc anda 3. klik download untuk mendapatkan file WinRar 4. jika ada password-nya ialah: “ mediakoentji ” Pengantar Filsafat Pengenalan Epistemologi Epistemologi Teori Kebenaran Skeptisisme Common Sense Epistemologi Sosial Logika Logika II Logika III Hermeneutika Hermeneutika II Ontologi Materialisme Materialisme Historis Idealisme Dualisme Idealisme II Pluralisme Etika Sistem-sistem Etika Egoisme-Altruisme Etika Nikomanea Aristoteles Religious Ethic Ghazali Etika Situasi Dasar-dasar Estetika Teori-teori Estetika Estetika dan Agama Romantisisme Romantisisme II Eksistensialisme Søren Kierkegaard Eksistensialisme Friedrich Nietzsche Eksistensialisme Jean Paul Sartre (No Record) Eksistensi...

Logika 2: Kesalahan-Kesalahan Logika (Logical Fallacy)

Logika 2: Kesalahan-Kesalahan Logika (Logical Fallacy) Oleh: Fahruddin Faiz Sering kali kita terpukau oleh opini seseorang yang mengungkapkan pendapatnya dengan semangat. Dengan mengutip tokoh-tokoh besar seperti ilmuan, publik figur dan seterusnya. Tapi apakah omongannya selalu benar secara logika? Cek slide di bawah ini tentang kesalahan-kesalahan logika dalam setiap mode berpikir. Ada dua jenis pelaku atau golongan dalam sejarah Yunani kuno yang sengaja atau tidak sengaja melakukan kesalahan berlogika. Pertama adalah golongan sofis yaitu golongan yang secara sengaja melakukan kesalahan dalam berfikir, dengan tujuan untuk mengubah opini demi mencapai tujuan tertentu di luar kebenaran. kedua, Golongan Paralogi yaitu golongan yang melakukan kesalahan berpikir namun tidak menyadari kekeliruan dan akibat dari pemikirannya karena selalu menganggap dirinya benar. Berikut adalah contoh-contoh pernyataan yang salah dalam mengambil kesimpulan; Mengingkari anta...

Filsafat Islam: Al-Farabi sebagai Guru Kedua

Oleh Dr. Fahruddin Faiz Al-Farabi nama aslinya adalah Abu Nasir Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah al-Farabi. Dikenal juga sebagai Alpharabius, Al-Farabi atau Farabi atau Abenasir. Al-Farabi adalah Ilmuan, cendekiawan Muslim dan juga Filosof Islam dari Farab, Kazakhstan. Al-Farabi hidup pada tahun 870 sampai 950, usianya genap 80 tahun. Al-Farabi juga dikenal sebagai guru kedua setelah Aristoteles, karena kepandaiannya dalam memahami karya-karya filsafat Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat. Al-Farabi hidup pada masa kekhalifahan Dinasti Abbasyiah yang monarki. Al-Farabi lahir di masa kekhalifahan Mu’tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa kekhalifahan Al-Muthi (946-974 M). Kondisi politik saat itu tidak stabil hal inilah juga disebut periode paling kacau, namun tidak mematahkan Al-Farabi untuk melanjutkan pengembaraan dalam pencarian ilmunya. Dari Turki ke Bagdad, kemudian ke Syria, kemudian berakhir di Damaskus. Kepakaran Al...