Langsung ke konten utama

Logika 2: Kesalahan-Kesalahan Logika (Logical Fallacy)

fahruddin faiz

Logika 2: Kesalahan-Kesalahan Logika (Logical Fallacy)

Oleh: Fahruddin Faiz

Sering kali kita terpukau oleh opini seseorang yang mengungkapkan pendapatnya dengan semangat. Dengan mengutip tokoh-tokoh besar seperti ilmuan, publik figur dan seterusnya. Tapi apakah omongannya selalu benar secara logika? Cek slide di bawah ini tentang kesalahan-kesalahan logika dalam setiap mode berpikir.

Ada dua jenis pelaku atau golongan dalam sejarah Yunani kuno yang sengaja atau tidak sengaja melakukan kesalahan berlogika. Pertama adalah golongan sofis yaitu golongan yang secara sengaja melakukan kesalahan dalam berfikir, dengan tujuan untuk mengubah opini demi mencapai tujuan tertentu di luar kebenaran. kedua, Golongan Paralogi yaitu golongan yang melakukan kesalahan berpikir namun tidak menyadari kekeliruan dan akibat dari pemikirannya karena selalu menganggap dirinya benar.

Berikut adalah contoh-contoh pernyataan yang salah dalam mengambil kesimpulan;

Mengingkari antaseden. Misalnya ada orang mengatakan “punya mobil ferrari menunjukkan bahwa yang punya orang kaya”. Jika kesimpulannya adalah “yang tidak punya mobil ferrari adalah orang miskin”, menjadi salah dan cacat logika atau terjadi kesalahan dalam pernyataan tersebut.

Mengafirmasi konsekuensi. Misalnya ada orang mengatakan “Saya lagi Flu, oleh karena itu saya batuk”. Kesimpulan yang salahnya adalah “orang yang batuk, berarti dai flu”. Karena tidak semua orang yang batuk itu karena sedang flu, ada banyak sebab yang mengakibatkan batuk.

Kesalahan logika induksi. Misalnya ada orang menyatakan “cincin yang Saya pakai ini menunjukkan saya sudah menikah”. Kesalahannya adalah ketika mengambil kesimpulan bahwa “setiap orang yang memakai cincin berarti sudah menikah”. Padalah tidak pasti yang memakai cincin sudah menikah. Bisa saja hanya untuk bergaya, stile dan berbagai macam alasan lainnya.

Berpikir binary. Atau oposisi binar. Adalah pernyataan yang konsisten yang terbalik pada suatu pernyataan. Misalnya ada orang yang mengatakan “gadis cantik disukai para pria”. Berpikir binarynya adalah “gadis yang tidak cantik dibenci para pria”. Hal ini tidak benar. Kadang banyak orang terlalu cepat mengambil kesimpulan sebaliknya terhadap sesuatu, jika tidak A maka B, jika mengkritik B berarti kamu A.

Pembahasan selanjutnya adalah:

  • Macam-macam kesalahan berpikir
  • Kesalahan non-formal
  • Problem nalar ilmiah
  • Kesalahan menyikapi kesalahan
  • Rekomendasi untuk yang mau belajar logika


Silakan pelajari slide berikut ini. semoga bermanfaat.



Lebih lanjut memahami Kesalahan Logika, lihat video di bawah ini


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Download File Ngaji Filsafat Dr. Fahruddin Faiz

Ngaji Filsafat Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag Channel YouTube:  Media Koenjti https://www.youtube.com/c/miftahkoentji Caranya: 1. tekan tombol Ctrl dan klik setiap judul yang ada di bawah ini 2. selanjutnya akan mengarah ke browser pada /pc anda 3. klik download untuk mendapatkan file WinRar 4. jika ada password-nya ialah: “ mediakoentji ” Pengantar Filsafat Pengenalan Epistemologi Epistemologi Teori Kebenaran Skeptisisme Common Sense Epistemologi Sosial Logika Logika II Logika III Hermeneutika Hermeneutika II Ontologi Materialisme Materialisme Historis Idealisme Dualisme Idealisme II Pluralisme Etika Sistem-sistem Etika Egoisme-Altruisme Etika Nikomanea Aristoteles Religious Ethic Ghazali Etika Situasi Dasar-dasar Estetika Teori-teori Estetika Estetika dan Agama Romantisisme Romantisisme II Eksistensialisme Søren Kierkegaard Eksistensialisme Friedrich Nietzsche Eksistensialisme Jean Paul Sartre (No Record) Eksistensi...

Filsafat Islam: Al-Farabi sebagai Guru Kedua

Oleh Dr. Fahruddin Faiz Al-Farabi nama aslinya adalah Abu Nasir Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah al-Farabi. Dikenal juga sebagai Alpharabius, Al-Farabi atau Farabi atau Abenasir. Al-Farabi adalah Ilmuan, cendekiawan Muslim dan juga Filosof Islam dari Farab, Kazakhstan. Al-Farabi hidup pada tahun 870 sampai 950, usianya genap 80 tahun. Al-Farabi juga dikenal sebagai guru kedua setelah Aristoteles, karena kepandaiannya dalam memahami karya-karya filsafat Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat. Al-Farabi hidup pada masa kekhalifahan Dinasti Abbasyiah yang monarki. Al-Farabi lahir di masa kekhalifahan Mu’tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa kekhalifahan Al-Muthi (946-974 M). Kondisi politik saat itu tidak stabil hal inilah juga disebut periode paling kacau, namun tidak mematahkan Al-Farabi untuk melanjutkan pengembaraan dalam pencarian ilmunya. Dari Turki ke Bagdad, kemudian ke Syria, kemudian berakhir di Damaskus. Kepakaran Al...