Aristoteles memiliki sebuah Taman Margasatwa yang sangat luas berisi berbagai macam jenis hewan jinak dan tumbuh-tumbuhan juga didalamnya terdapat perpustakaan yang pada waktu itu terhitung lengkap. Perpustakaan tersebut dan juga Taman Margasatwa yang luas dibangun atas biaya yang diberikan oleh muridnya Alexander the Great.
Dalam mengajarkan semua Logika dan filsafat maupun cabang-cabang ilmu ilmiah Aristoteles melakukannya sambil berjalan-jalan di Taman Margasatwa yang luas tersebut. karena Aristoteles mengajarkan para muridnya dengan cara berjalan-jalan maka orang-orang menyebutnya sebagai aliran Peripatetik yang artinya aliran yang berjalan-jalan. di dalam bahasa Arab aliran peripatetik ini disebut masyaiyin.
Ciri khas dari filsafat aliran Peripatetik ini pada metoda syllogisme, yaitu filsafat disusun berdasarkan piramida-piramida logika yang terdiri dari premis-premis dan konklusi yang bersusun-susun, sehingga jadilah sebuah bangunan filsafat.
Tidak semua orang sejalan dengan aliran peripatetik ini. Di Timur Tengah tidak sedikit orang yang menentang filsafat Peripatetik ini, bukan hanya para tokoh agama, tapi juga para filsuf dan kaum mistik Salah satu tokoh agama yang anti filsafat peripatetik adalah Ibnu Taimiyah. Ulama yang dikenal sebagai Syaikhul Islam ini bahkan membuat sebuah buku berjudul "Faqihatu Ahlil Iman fi Raddi Mantiqil Yunani" (Kefasihan Ahli Iman dalam menolak Logika Yunani). Salah satu tokoh filsafat sekaligus tokoh mistik yang disebut-sebut sebagai anti filsafat peripatetik adalah Suhrawardi. Padahal sebelumnya Suhrawardi menekuni filsafat peripatektik ini. Apakah benar Suhrawardi anti peripatetik ? ini perlu dievaluasi kembali.
Suhrawardi dipandang sebagai tokoh penerus dari paham anti-peripatetisme ibnu Sina. Tokoh yang memiliki system filsafat yang komprehensif ini, pada masa akhir hidupnya tampak bersemangat untuk meninggalkan jalan peripatetik yang telah ditempuhnya selama ini untuk mengambil pendekatan mistik dan eksperiensial ke arah kebenaran, yang disebutnya isyraq (iluminasi)
Berlawanan arah dari Suhrawardi yang bergerak dari peripatetik ke mistik, saya bergerak dari mistik ke peripatetik. Sebelum mengenal filsafat peripatetik, saya bergelut dalam dunia mistik. Setelah menekuni Logika Yunani yang merupakan bagian dari filsafat peripatetik itu, mistisisme tidak saya tinggalkan. Tidak ada pertentangan antara Logika dan mistik, sehingga salah satunya tidak perlu ditinggalkan untuk menyelami yang lainnya. Karena keduanya saling melengkapi. Suhrawardi dikenal sebagai filsuf yang memiliki system filsafat yang komprehensif itu tidak lepas dari pengaruh logika perpatetik itu.
Pernyataan bahwa Suhrawardi meninggalkan filsafat peripatetik atau bahkan dituduh sebagai anti peripatetik, itu merupakan tafsiran sebagian orang. Belum saya temukan pernyataan-pernyataan dari Suhrawardi yang menyangkal kebenaran filsafat peripatetik itu.
Filsafat peripatetik memulai pengajarannya dari hal-hal yang tertangkap oleh panca indera. Dari situ, melalui metoda syllogisme dan dialektika logika dibuatlah kesimpulan-kesimpulan, sehingga pengetahuan tentang kebenaran yang tidak terjangkau oleh panca indera seperti kebenaran tentang jiwa. dunia idea dan Tuhan. Sebaliknya, mistisme memulainya dari melihat langsung isi kesimpulannya. Setelah itu barulah dicarikan premis-premisnya. Filsafat peripatetik berawal dari tahu premis, tapi tidak tahu kesimpulan. Sedangkan mistik berawal dari tahu kesimpulan, tapi tidak tahu premis-premisnya. Di mana ada pertentangan dalam hal ini ? tidak ada. Yang ada hanyalah saling melengkapi.Oleh: Kang Asep
Komentar
Posting Komentar